Siapapun tak ingin mengalami kehilangan. Baik dompet, hewan piaraan, jepitan, bando, jam tangan, HP, teman, sahabat, kekasih, pasangan hidup, orang tua, anak, adik, kakak, bahkan pembantu (terutama saat musim mudik)
Kehilangan adalah situasi yang kita hadapi. Dan rasa kehilangan umumnya sifatnya pribadi. Kecuali kita menceritakannya pada orang lain lewat lisan atau tulisan.
Umumnya orang percaya hanya bila kita mengatakannya secara lisan. Karena tulisan belum tentu akurat kebenarannya. Tulisan sama dengan dunia maya. Dibaliknya bisa benar ada ataupun tiada. Benar terjadi ataupun ngibul belaka.
Sekarang ini kita melihat banyaknya wajah duka karena adanya rasa kehilangan dimana-dimana akibat bencana yang juga dimana-mana..Kita yang tinggal di kota dan daerah bebas bencana berteriak kehilangan benda mati, motor, mobil, perhiasan,uang dsbnya.
Di wilayah bencana, orang berteriak kehilangan sesama makhluk hidup. Saudara, tetangga, hewan ternak, dan tetumbuhan hasil ladang.
Semua meninggalkan penderitaannya masing-masing. Dan kita pasti sepakat, kehilangan seluruh keluarga adalah yang paling membuat kita menderita. Hidup seakan sebatangkara. Kadang terfikir kenapa kita tidak ikut mati saja daripada hidup sendirian.
Dari berbagai sumber saya membaca aneka tips mengatasi perasaan kehilangan.
Nyaris semuanya pernah saya praktekan, hasilnya tak selalu sukses. Bahkan ada yang malah membuat makin nelangsa. Misalnya, mendengarkan lagu/musik . Nah, kalau kebetulan lagu/musik yang kita dengar adalah yang mengingatkan kita pada situasi pilu yang pernah kita alami apakah membantu atau malah memperparah?
Demikian juga bila pergi ke tempat yang yang mengingatkan kita pada kenangan tertentu.
Hingga kadang kita malah lupa tujuan kita mendatangi tempat tersebut, karena fikiran tiba-tiba berkelana ke masa lalu. Namun untuk menghindarinya kadang tak mungkin. Bagaimana kalau kita ikut sebuah acara, misal pernikahan sepupu, atau reunian sekolah, dan kita melewati tempat-tempat yang menimbulkan kenangan?
Karena hidup kadang penuh kebetulan-kebetulan yang tak selalu dapat kita prediksi kedepannya.
Maka saya lebih baik mencoba menterapi diri sendiri lewat cara yang sederhana. Misalnya dengan mengikuti saja perasaan kehilangan itu kemana akan mengalir.Tak lagi mengikuti aneka tips kejiwaan yang bagi orang lain mungkin membantu, tapi bagi saya malah membuat tambah sakit jiwa atau tertekan. Saya belajar dari pengalaman sendiri saja. Misalnya dengan kembali mengenang-ngenang saat indah saat kita masih bersama orangtua yang sekarang sudah tiada. Alhasil, kita menjadi terbawa masa lalu. Setelah sadar lihat kenyataan sebaliknya, saya malah jadi sedih.Tapi saya tidak menyerah lagi seperti dulu. Saya ikuti saja proses alami yang sedang berlangsung saat merasakan kehilangan. Saya tidak berusaha menentang atau melupakannya. Karena semakin berusaha sekuat tenaga, semakin kita terpuruk didalamnya. Ibarat kita menerjang ombak besar dengan kaki yang baru diamputasi, kehilangan daya terjangnya tentukan?
Salah satu yang saya terapkan misalnya, mencoba menuliskan semua perasaan kehilangan itu sedetail mungkin. Agar semua toksin yang menggigit itu tercabut minimal setengahnya. Karena berharap semuanya tercabut, tak mungkin. Dalam setiap peristiwa akan selalu ada kenangan yang akan terpatri seumur hidup. Tak mungkin terhapus kecuali kita mengalami amnesia permanen, ataupun menjalani brainwash (cuci otak) hingga fle-file masa lalu terhapus semua tanpa jejak. Kertas hidup pun putih kembali. Pernah nonton film 50 first dates, yang dibintangi aktris Drew Barrymoore dan aktor Adam Sandler? (makasih buat seseorang yg sudah memberi info film ini)
Mengisahkan seorang gadis yang karena kecelakaan, akhirnya mengalami kerusakan dibagian otaknya, hingga mengakibatkan amnesia permanent. Catatan sejarah hidupnya hanya mampu diawali pada saat dia baru bangun tidur, dan terus berulang. Memori lamanya yang tetap tersimpan di masa dan moment tertentu. telah mengikatnya menjadi kenangan yang mengisi kehidupan berikutnya. Siklus hidupnya berputar seperti putaran jam yang kembali berulang pada detik yang sama. Tak pernah beranjak.
Film ini menarik karena ada usaha dari orang-orang terdekatnya untuk membantu mengisi kehidupan barunya setiap hari dengan cara yang unik dan humani. Hingga dia bisa menjalani hidupnya dengan normal tanpa melupakan yang pernah terjadi.
Melihat film ini saya sampai terfikir, mungkin alangkah senang dan tak ribetnya hidup bila tak ada kenangan masa lalu yang perlu di simpan dan kadang teringat kembali dalam hidup kita. Tak hanya kenangan pahit, kenangan manispun bisa kita hapus untuk selamanya agar tak lagi tersimpan dalam file di website pribadi kita, yaitu otak. Karena kenangan manispun kalau hanya sebatas kenangan yang akhirnya berakhir jadi pahit, sama saja dengan kenangan buruk. Demikian saya pernah menyimpulkan. Tentu saja itu sebatas khayalan konyol yang tak mungkin terealsir. Selain memang tak mudah menjalankannya, tentunya kita semua tahu bahwa yang namanya kenangan hanyalah bagian dari sejarah hidup kita di masa lalu. Kalau kita mampu mengelolanya dengan baik dan bijak, setiap kenangan yang ada mungkin bisa kita manfaatkan sebagai arena pembelajaran pribadi terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain. Dengan demikian setiap rasa kehilangan tak lagi menyisakan perih berlarut-larut, namun perlahan menipis sesuai waktu dan kesabaran kita menghandle kenangan yang pernah ada. Tentu saja hal ini tidak mudah, karena menyangkut masalah hati dan perasaan. Bukan sekedar logika belaka.
Dan jangan lupa, setiap individu adalah unik. Mengatasi masalah kehilangan pun punya caranya masing-masing sesuai karakter dirinya. Maka tulisan diatas hanyalah sedikit tips yang mungkin sesuai dengan pribadi kita dalam mengatasi rasa kehilangan.
Karena saat ini dimana-mana begitu banyak orang mengalami kehilangan. Bencana dimana-mana. Merenggut orang-orang terkasih. Dan adakalanya kita yang masih hidup merasa tak berdaya dan tak berguna karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa demi menolong saudara kita sendiri. Kita sibuk memikirkan keselamatan pribadi. Hingga mungkin sempat lengah menolong yang lain, atau memang situasinya tak memungkinkan untuk melakukannya. Kita boleh saja merasa kehilangan, namun jangan sampai kehilangan pribadi sendiri yang membuat kita menjadi asing terhadap diri sendiri. Itu yang pernah saya baca dari tuturan seorang bijak.
Kehilangan akan tetap terjadi dalam tiap fase hidup kita. Karena tak ada sesuatu yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri(kutipan). Satu-satunya cara untuk persiapkan hati kita adalah, dengan menjaga jarak antara perasaan dan logika untuk di fungsikan masing-masing pada saat yang tepat.Tidak dengan memaksakan.diri. Karena tak mungkin menyuruh seseorang untuk berhenti menangis saat orang terkasihnya pergi. Awal terjadinya rasa kehilangan, ikuti sajalah kesedihan kita seberapa jauh dia mengalir. Jangan menentangnya. Alirkan saja. Ikuti geraknya.Tumpahkan perasaan kita. Karena segala sesuatu butuh proses sealami mungkin untuk mengeluarkan energi negatif dan memasukkan kembali energi positif. Dengan harapan spirit hidup kita menyala kembali. Saat proses pengaliran energi negatif dalam kesedihan terjadi, boleh vakumkan logika untuk sementara, namun jangan larut selamanya. Karena kehidupan akan selalu menanti untuk dijalani dilangkah kita berikutnya. Jadi mau tak mau kita harus tetap hidup kalau memang mau terus hidup dan tak memilih mati ditempat. Percayakan kesedihanmu pada Tuhan. Karena hanya DIA yang paling memahami urusan kita.
Sumber : Disini
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Tanggapan :
Posting Komentar