• "Be Yourself Even You're Nobody"
    Blogger Widgets

    Nenek Moyang Manusia Berjalan Tegak 3,7 Juta Tahun Lalu


    Bukti jejak kaki tertua yang pernah ditemukan menunjukkan bahwa nenek moyang manusia sudah berjalan seperti manusia modern sejak 3,7 juta tahun yang lalu. Temuan jejak kaki, yang diperkirakan milik spesies Australopithecus afarensis, mengubah pandangan mengenai waktu manusia berjalan tegak. Berdasarkan studi sebelumnya, genus Homo baru berjalan tegak 1,9 juta tahun yang lalu.

    Robin Crompton, profesor dari School of Biomedical Sciences, University of Liverpool, menjelaskan bahwa perbedaan antara kaki kera dan manusia terletak pada tulang telapak kaki bagian tengah, bagian yang fleksibel yang terletak di sisi kaki bagian tengah. Manusia tidak memiliki bagian ini.

    Bagian kaki tersebut meninggalkan jejak unik. Crompton dan rekan-rekannya mengaku masih mendapati beberapa orang memiliki jejak unik tersebut. Akan tetapi, jejak purba yang mereka temukan di Laetoli, Tanzania, tidak memiliki ciri unik itu.

    Jejak purba diperkirakan ditinggalkan oleh satu atau dua individu saat mereka berjalan di atas debu vulkanik yang lembap. Mereka membuat model tiga dimensi dari jejak tersebut dan membandingkannya dengan jejak manusia dan kera. "Mereka sudah jalan dengan tegak sempurna," jelas Crompton.

    A. afarensis, yang dikenal dengan nama "Lucy", sebelumnya diterka menghabiskan sebagian waktu di atas pohon. Dengan temuan bahwa Lucy sudah berjalan tegak seperti manusia, teori cara berjalan tegak dengan dua kaki mulai berevolusi di nenek moyang manusia yang masih hidup di pohon.

    "Dengan tubuh yang mirip kera, berjalan dengan dua kaki membuat mereka lebih cepat bergerak dibandingkan dengan empat kaki," kata Crompton. Para ilmuwan menerka Lucy berjalan karena kanopi alami yang dibuat pepohonan rusak. "A. afarensis harus meninggalkan rumah mereka di atas pohon," katanya.

    Akan tetapi, tidak seperti manusia modern, Lucy punya kaki yang pendek dan tubuh yang pajang. Studi mengenai jejak kaki ini terbit dalam Journal of the Royal Society Interface.

    Sumber : http://nationalgeographic.co.id/

    0 Tanggapan :

    Posting Komentar