• "Be Yourself Even You're Nobody"
    Blogger Widgets

    Remaja, Gank, dan Bullying



    Saat ini, untuk menjawab pertanyaan: bagaimana mengatasi bullying di sekolah, tentu saja tidak terlepas dari pertanyaan: apa sebabnya? Apa pemicunya? Dan seterusnya.

    Sebagai contoh dalam kasus gank Nero, dimana para pelaku dan korbannya adalah para remaja. Jika dilihat dari tugas perkembangannya, remaja memang berpotensi sekali berbuat demikian. Berdasarkan perkembangan kognitifnya, Piaget menyatakan bahwa pada masa remaja (11 hingga 15 tahun) berkembang pemikiran operasional formal, yang lebih abstrak, idealistis, logis. Remaja semakin mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis. Terkait kognisi sosial, remaja mengembangkan suatu tipe egosentrisme meliputi penonton khayalan, dimana mereka merasa selalu menjadi objek tontonan (baca: perhatian). Mereka memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang lebih canggih.

    Seringkali kasus pengeroyokan/ labrak-melabrak terjadi karena, si A si B, atau kelompok anu, kelompok inu merasa tersaingi dalam hal penampilan. Ada semcam dorongan dalam remaja untuk tampil menonjol dibanding yang lain, tampil beda untuk lebih diperhatikan, mereka juga sering merasa jadi objek. Memungkinkan untuk munculnya sebuah persaingan.
    Masa remaja ialah masa dimana semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Mereka menuntut untuk diberikan otonomi, dan memisahkan diri dari orangtua, yang memungkinkan remaja akan kompeten secara social dan menjalani dunia social yang lebih luas. Tekanan untuk mengikuti teman-teman sebaya pun menguat, didukung oleh kebutuhannya akan suatu identitas, hal semacam ini umumnya membuat mereka cenderung membentuk kelompok-kelompok, klik, atau biasa juga dengan membentuk gank.

    Bagi, saya tidak ada masalah dengan gank, sebagaimana tugas perkembangannya, yang masalah adalah arah penyaluran ekspresi juga potensi mereka. Apakah untuk kekerasan, criminal, ma’shiyat, ataukah untuk kegiatan lain yang positif. Di SMA saya dulu, tumbuh beberapa gank, satu diantaranya cukup besar dan terkenal di kalangan SMA-SMA di Jogja. Awalnya image gank yang seluruh anggotanya cowok ini cukup buruk, karena sering membuat keributan dan masalah di sekolah, termasuk perkelahian alias tawuran, di tambah berbagai kegiatannya memang jauh dari kata positif. Di saat yang sama, sekelompok anak-anak dengan idealisme lain bergabung di sebuah organisasi kerohanian Islam dan aktif mengadakan kegiatan-kegiatan religi dan social, sehingga kerap dibanggakan guru-guru di sekolah, ditambah banyak prestasi yang dihasilkan, para anggota dan pengurusnya pun kebanyakan berprestasi di bidang akademis.
    Dua-duanya berupa kelompok remaja, saya yakin keduanya pun memiliki energi yang sama, hanya saja energi-energi itu diarahkan pada arah yang berbeda.

    Untungnya, di waktu kemudian, gank besar di SMA saya tersebut mulai mengalihkan penyaluran energinya ke hal-hal yang positif. Di bawah kepemimpinan (gank tsb juga punya struktur) teman satu kelas saya, gank ini sering membuat kegiatan-kegiatn positif, seperti mengecat tembok samping sekolah yang banyak coretan anak-anak gank-gank sekolah lain, bahkan di saat berikutnya, menjalankan program bersih-bersih masjid sekolah, untuk menjalankan nadzar para anggotanya yang lulus ujian nasional.

    Hal ini menunjukkan, bahwa pada dasarnya setiap remaja memiliki potensi-potensi anarkis dan memberontak, didukung oleh karakteristik tugas perkembangannya, akan tetapi setiap potensi kekerasan dan anarkis pada remaja itu dapat dialihkan penyalurannya pada hal-hal lain yang positif.

    Kenapa terjadi? Bullying sangat mungkin diperoleh dari proses modeling, akibat pola asuh di masa kecil atau barangkali dari media baik cetak maupun elektronik. Oleh karenanya, peran media untuk tidak menayangkan contoh-contoh kekerasan sekaligus menanamkan nilai-nilai positif juga dibutuhkan.

    Pada contoh yang terjadi di sekolah saya, cukup menunjukkan pada kita, bahwa factor norma/nilai memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya bullying sekaligus kenakalan remaja pada umumnya. Terutama pada nilai-nilai agama, terkait pula dengan keimanan dan pembentukan akhlak. Terbukti sekelompok anak yang memiliki afiliasi terhadap nilai agamanya cukup kuat, mengarahkan potensinya kepada hal-hal positif, dan lebih prestatif dalam akademis.

    Hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari bullying :
    • Melaporkan kejadian tersebut kepada guru mu.
    • Bicarakan juga kejadin bullying kepada kedua orang tuamu, supaya orang tua mu nanti kepihak sekolah supaya kejadian ini bisa diatasi.
    • Ingat! melaporkan kejahatan bukan tindakan pengecut. Tujuan kamu melapor sangatlah terpuji, Teman yang nakal akan dinasehati baik-baik oleh pihak sekolah.
    • Jadilah anak yang kuat. Berani adalah sifat yang paling penting. Bersikaplah yang tegas jangan menampakan rasa takut.
    • Rajinlah berolahraga dan makan-makanan yang bergizi supaya badan kamu sehat dan kuat.
    • Jangan sendirian saja. memiliki teman yang baik. Teman  akan membantu kamud bila kamu mengalami kesulitan, Dia akan membelamu jika kamu disakiti.
    • Tidak menenonton adegan-adegan kekerasan di televisi, Internet dan media-media lain.
    Sudah banyak anak yang terluka, sakit bahkan meninggal akibat perbuatn bullying. Kita harus mencegah terjadinya bullying dengan meningkatkan rasa kasih sayang, Banyak-banyaklah berbuat kebaikan. Niscaya Tuhan, orang tua, guru dan teman-teman akan menyayangi mu.

    0 Tanggapan :

    Posting Komentar