Menurut saya, gangguan jiwa bisa menimpa atau diderita siapa saja, termasuk orang (yang awalnya) dan atau yang masih dianggap normal, berakal sehat atau waras. Gangguan jiwa dapat berarti sebuah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman, terusik, tepatnya terganggu disebabkan oleh sebuah peristiwa yang memukul kejiwaannya dan bercokol seraya mengganggu ingatannya. Baik dengan cara lambat laun atau tiba-tiba karena shock; mengguncang jiwa.
Dipikir-pikir, gangguan jiwa itu bisa mewujud macam-macam bentuknya, tergantung dari kategorinya; ringan, sedang atau berat. Klasifikasi gangguan jiwa dapat di deteksi dari gejala-gejala yang tampak, diantaranya:
Ciri-ciri pada gangguan jiwa kategori ringan;
susah tidur dengan sebab bukan kelelahan fisik atau gelisah, marah-marah, narsis berlebihan. Sedangkan kategori sedang, berciri-ciri; agak frontal, sangat emotional, ketakutan berlebihan tak bersebab, mulai tidak peduli dengan diri (kecuali untuk makan). Acuh terhadap orang lain dan lingkungannya, masih memiliki rasa malu, masih berkemampuan mengingat siapa dirinya. Sedangkan kategori berat adalah gila. Tidak ingat akan siapa dirinya, berlaku frontal-abnormal; kehilangan rasa malu.
susah tidur dengan sebab bukan kelelahan fisik atau gelisah, marah-marah, narsis berlebihan. Sedangkan kategori sedang, berciri-ciri; agak frontal, sangat emotional, ketakutan berlebihan tak bersebab, mulai tidak peduli dengan diri (kecuali untuk makan). Acuh terhadap orang lain dan lingkungannya, masih memiliki rasa malu, masih berkemampuan mengingat siapa dirinya. Sedangkan kategori berat adalah gila. Tidak ingat akan siapa dirinya, berlaku frontal-abnormal; kehilangan rasa malu.
Pertama, Gangguan jiwa kateori ringan hanya berakibat kecil jika segera disadari dan dicarikan jalan keluar. Hal ini tentu saja dapat ditanggulangi dengan cara-cara yang lebih mudah dan tak memerlukan waktu lama dibandingkan dengan kedua yang lain. Ini dapat diatasi dengan istirahat cukup, mencari aktifitas yang positif untuk menenangkan diri sesuai dengan kebiasaan dan sesuai kemampuan; membasuh muka dilanjutkan dengan ritual lain, mendengarkan sesuatu dan seraya diam sejenak atau dapat juga menyalurkan hoby. Berbagai hoby dari yang tidak mengeluarkan biaya, ber-cost murah atau bahkan yang memerlukan banyak uang. Semuanya tergantung kesadaran dan kemampuan penyikapan penderita terhadap yang ditimpanya.
Lainnya, untuk menggatasi narsis yang berlebihan, baik untuk menyaadari diri, meminjam ungkapan Andrea Hirata dalam Maryamah Karpof, bahwa sesungguhnya kita tak sebaik dan setampan yang kita sangka akan diri kita. Ya, subyektifitas kita akan kesuperioran diri berkemungkinan terbalik 180 derajat dari obyektifitas orang lain yang menilai diri kita. Bisa jadi kita ini inferior dalam pandangan mereka.
Kedua, Untuk gangguan jiwa kategori sedang, saya berterimakasih kepada Miss Muk, + 66 tahun, sebagai inspirator. Meskipun ucapan terimakasih ini jika disampaikan kepada beliau untuk sementara ini hingga waktu yang tidak pasti hingga kapan, beliau tak akan pernah mengerti maksud dan untuk apa terimakasih ini diberikan kepada beliau.
Oh ya, untuk pembaca yang menginginkan refrensi-teori, riset pustaka dan semacamnya dalam postingan kali ini maka, lupakan saja tulisan ini, karena tak ada pijakan teori atau keterlibatan studi pustaka dalam tulisan ini. Sebenarnya saya juga menginginkan teori yang ter-logika-kan untuk memperkaya perspektif dan pemahaman seperti postingan sebelumnya. Namun untuk tulisan ini; gangguan jiwa, belum dilakukan pencarian terhadap buku-buku soal tersebut. Satu-satunya data primer adalah Miss Muk dengan sedikit memikirkan hal lain sebagai perkiraan, penyanding dan pembanding.
Miss Muk saya golongkan ke dalam kategori gangguan jiwa sedang setelah beberapa bulan belajar mengamati beliau dan membandingkan dengan gangguan jiwa lain yang pernah saya lihat, ditambah gangguan yang pernah diderita diri (gelisah). Disebut kelas sedang karena masih banyak yang lebih ringan atau lebih parah/berat dari beliau. Gangguan ini tidak beliau derita sejak kecil, melainkan sekitar umur + 23 tahun dengan penyebab depresi karena cinta yang diberi peluang untuk berkembang. Saat ini beliau masih ingat akan siapa dirinya dan beberapa orang dekatnya, juga masih memiliki rasa malu (tak berani fullgar).
Sekitar 6 bulan lalu, Miss Muk masih menjadi “hantu” bagi diri, sepertinya juga untuk banyak orang, terlebih anak-anak. Beliau tinggal di sepetak ruangan yang terlihat tak terawat seperti dirinya. Beliau agak frontal, meledak-ledak. Sangat sulit diajak berkomunikasi. Sering bicara dan tersenyum sendiri. Bicara dengan intonasi berat tak jelas. Selalu menutup kedua telinganya dengan gumpalan kapas. Berambut panjang, putih, gimbal digelung. Jarang (malah nampak tidak pernah) berganti pakaian dan ganti kain;jarik, keadaanya kumal-kucel. Beraroma khas, sudah puluhan tahun tak mandi dan sikat gigi.
Sekarang keadaan Miss Muk perlahan berubah dengan bertahap. Penampilannya sudah tampak rapi dan lebih bersih karena sudah mau mandi (meskipun belum muncul inisiatif dari dalam diri Miss Muk dan baru 1 kali dalam sehari), gosok gigi dan dandan sederhana. Masih sering bicara dengan teman imajinernya. Sudah mau berkomunikasi walaupun belum mampu berkalimat panjang. Belum bisa menangkap maksud lawan bicara, kecuali kalimat sederhana dalam bahasa jawa dan tak terlalu banyak (mungkin karena sudah puluhan tahun jarang berkomunikasi dengan orang lain). Kata-kata yang dipahami dan digunakan misalnya; mandi, mencuci, menjemur, minta, sana, sini, makan, minum, gelas, gula, teh, kopi, roti, rumah, ganti, baju, pergi, jalan-jalan, teman, uang, kerja, siapa dan masih mengingat beberapa nama-nama orang yang dulu pernah dekat.Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memulihkan gangguan jiwa kategori sedang diantaranya:
a. Perlakukan penderita gangguan secara manusiawi.
Untuk kali pertama memang harus memaksa penderita untuk mandi sebagai terapi awal. Yang saya temukan adalah walaupun makan seadanya, tak memperhatikan kecukupan gizi atau empat sehat lima sempurna. Tenaga yang dimiliki penderita cukup kuat. Hingga untuk memandikannya butuh kerjasama empat orang. Lalu, mengingat kepribadian penderita frontal, sebelum memaksa, baik dilakukan pendekatan atau bujukan dengan memberikan barang atau makanan/minuman kesukaannya, lebih manjur lagi jika menghadirkan teman dekatnya untuk berbincang.
Untuk kali pertama memang harus memaksa penderita untuk mandi sebagai terapi awal. Yang saya temukan adalah walaupun makan seadanya, tak memperhatikan kecukupan gizi atau empat sehat lima sempurna. Tenaga yang dimiliki penderita cukup kuat. Hingga untuk memandikannya butuh kerjasama empat orang. Lalu, mengingat kepribadian penderita frontal, sebelum memaksa, baik dilakukan pendekatan atau bujukan dengan memberikan barang atau makanan/minuman kesukaannya, lebih manjur lagi jika menghadirkan teman dekatnya untuk berbincang.
Saya pikir, sudah cukup lama tak ada yang peduli untuk mengajaknya duduk bersama dan mendengarkan semua yang dikatakannya, meskipun tersering ngalor ngidul gak jelas juga dengan suara hilang timbul. Hal ini sudah dilakukan dan menjadi moment yang menyentuh. Penderita; Mis Muk sempat menyebutkan nama, menayakan almarhum suami karibnya dan Miss Muk masih mengingat nama anak pertama sahabat karibnya yang lahir di Magelang. Penderita tampak terkejut ketika karib-nya memeluknya, keduanya tampak berkaca-kaca. Miss Muk seketika luluh sesaat.
Tampak olehku betapa berarti dan berperan cukup besar sebuah pelukan, sanggup menghilangkan ke frontal an Miss Muk. Ini bertanda hati nya masih peka, ada kerinduan yang dalam dan juga masih bisa merasakan kehangatan sebuah pelukan. Dalam hatinya tertebak, “ternyata masih ada yang peduli“.
Yang menyenangkan juga, saraf Miss Muk masih berfungi dengan baik. Indikasinya, setelah dimandikan dan di keramas cukup lama hingga beberapa kali dalam satu waktu (menghilangkan daki yang mengerak). Badannya gemetaran (nderedeg) karena kedinginan. Hal itu saya pikir sebagai respon siraman air yang selama puluhan tahun tak pernah ada. Lalu, untuk menggunakan sikat gigi saja Miss Muk kesulitan, seperti lupa bagaimana caranya. Setelah diberi contoh, beliau bias mengarahkan sikat gigi dengan kaku. Hari ketiga mulai belajar mencuci pakaian sendiri, bisa mengucek walaupun sangat kaku juga untuk kali pertama.
b. Dampingi dan lakukan bertahap dan berulang-ulang.
Beberapa minggu penderita masih sulit diajak mandi, selalu meronta dan menggunakan jurus andalanya, menjatuhkan diri dan ngglosor di tanah dengan berteriak-teriak. Pernah juga mengacungkan sapu, lalu lari tunggang langgang. Sekitar minggu ke 10, meskipun harus dicari, dijemput dan dipegangi terlebih dahulu, sudah lebih mudah memintanya untuk mandi dan mencuci pakaian sendiri.
Beberapa minggu penderita masih sulit diajak mandi, selalu meronta dan menggunakan jurus andalanya, menjatuhkan diri dan ngglosor di tanah dengan berteriak-teriak. Pernah juga mengacungkan sapu, lalu lari tunggang langgang. Sekitar minggu ke 10, meskipun harus dicari, dijemput dan dipegangi terlebih dahulu, sudah lebih mudah memintanya untuk mandi dan mencuci pakaian sendiri.
Minggu ke 12, ritual pemotongan kuku tangan dan kaki, menjadikan ia lebih luluh. Saya pikir karena ada sentuhan-sentuhan tangan orang lain lagi kepadanya dan segelas teh tubruk kental manis kesukaan Miss Muk. Syahdan, ritual ini membuka ingatan Mis Muk dan mengeluarkan kosa kata yang sebelumnya tak ada.
Beliau menanyakan dengan menggunakan bahasa Jawa kepada pemotong kuku yang sedang memotong kuku-kuku hitamnya yang panjang. Diantaranya : Semua yang ada punya saya. Mana ibumu?. Kamu sekolah?. Dulu waktu kamu kecil lari-lari disekitar sini. Tentara, Sumatra. Ambarawa. Asrama. Magelang. Jangan dibuang, dikubur nanti. Beliau pun melarang pemotong kuku membiarkan kuku-ku itu terjatuh di lantai. Beliau mengenggam hasil potongan kuku, setelah selesai lalu mengubur kuku-kuku itu dan menyiramnya dengan air. Mengingat bagaimana ia kali pertama dijumpai, Ini adalah sebuah kemajuan yang baik, kata-kata itu bukan sekedar tak bermakna, tetapi juga sebuah kebenaran ingatan, ingatan yang benar. Mengejutkan!
Sekitar minggu ke 17, tepat hari Jumat. Awalnya bersedia dipotong kuku. Namun setelah mandi dan mencuci, dibantu bedak-an, dibuatkan teh kesukaan, Mis Muk menolak. “Sudah, ini masih bersih” kata Miss Muk. Dialog pendek terjadi, kadang nyambung, keseringan tidak. “Jum’at aja dipotong” kata Miss Muk.
Kawan, permintaannya sungguh menyenangkan, sepertinya ini berhubungan dengan hari yang di sunnahkan untuk memotong kuku bagi muslim, mungkin dulu Miss Muk biasa melakukannya. Setelah diberitahukan berulang-ulang bahwa ini hari jumat dan dibujuk, Miss Muk bersedia dipotong kukunya dan saat itu Ia tersenyum-senyum bahagia.
Barangkali karena sebuah sentuhan lagi dan perlakuan hormat lawan bicara kepada beliau. Saat itu juga muncul kata baru, Pra-mu-ka dan pengulangan kata-kata yang sama pada saat pemotongan kuku sebelumnya. Kepedulian berikutnya memunculkan kata Jambi dan Sholat dengan stimulasi Mukena/rukuh yang sedang digunakan lawan bicaranya.
Setelah itu terjadi, keesokan harinya tibalah saatnya melakukan ritual pagi, didatangi dan diajak mandi. Bukan penjemput yang menggandeng tangan Miss Muk. Tapi Miss Muk yang memegangi lengan pengajak, seperti gambaran kemesraan sepasang kekasih. Oh, so sweet….. Tampaknya Miss Muk sudah mulai nyaman dengan seseorang tersebut.
Ketiga, Gangguan jiwa kategori berat,
yakni gila dengan tanda yang sudah disebutkan diatas. Cara penanggulangannya saya pikir seperti gangguan jiwa kelas sedang. Namun perlu intensitas penanggulangan yang lebih juga memerlukan waktu yang juga lebih lama.
yakni gila dengan tanda yang sudah disebutkan diatas. Cara penanggulangannya saya pikir seperti gangguan jiwa kelas sedang. Namun perlu intensitas penanggulangan yang lebih juga memerlukan waktu yang juga lebih lama.
Hmmm, ternyata mereka butuh dan juga mengetahui/paham bila diperlakukan secara manusiawi.
0 Tanggapan :
Posting Komentar