Falcon Hypersonyic Test Vehicle 2 (HTV-2) yang berbentuk mirip ujung lembing itu berhasil terpisah dari puncak roket Minotaur IV yang membawanya ke angkasa pada Kamis kemarin. Sesaat setelah keduanya terpisah, pusat pengendali kehilangan kontak.
"Indikasi awalnya adalah pesawat tersebut menabrak Samudera Pasifik disekitar jalur penerbangan yang direncanakan," sebut pernyataan di situs resmi Darpa," jelas Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dalam siaran pers. DARPA, yang mendanai riset dan pengembangan HTV-2, telah menganalisis data yang berisi informasi selama 6 menit sebelum sinyal HTV-2 menghilang. Para teknisi memperkirakan pesawat bisa kembali ke Bumi pada kecepatan 21.000km/jam, dengan temperatur lebih dari 2.000 derajat Celcius, sebelum kemudian menghujam Samudera Pasifik.
Pesawat HTV-2 pertama kali diuji coba pada tahun lalu Uji coba pertama berakhir dengan kecelakaan di Samudra Pasifik setelah militer kehilangan kontak dengan peluncur selama sembilan menit penerbangan. Namun penerbangan tersebut masih bisa mengembalikan 139 detik data yang menjelaskan pesawat mampu bergera pada kecepatan antara 17 dan 22 kali kecepatan suara. HTV-2 dirancang untuk dapat terbang pada kecepatan 20 kali kecepatan suara.
"Kami tahu bagaimana mendorong pesawat sampai dekat angkasa," kata Maj Chris Schulz, manajer program. "Kami tahu bagaimana menyisipkan pesawat ke penerbangan hipersonik ke atmosofer. Kami belum tahu bagaimana menguasai kendali yang diinginkan selama fase penerbangan aerodinamik. Saya yakin ada solusi. Kami harus menemukannya."
Sejumlah analis menilai, uji terbang yang gagal untuk kedua kalinya ini bisa jadi memaksa DARPA berpikir ulang tentang keseluruhan proyek pesawat hipersonik.
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/
0 Tanggapan :
Posting Komentar